Rabu, 28 Mei 2025

2017 : Menjelajah Utara Jawa - Perjalanan Menuju Pantai Cemara Tuban


Pagi itu, udara Surabaya terasa begitu hidup, diwarnai semburat jingga matahari yang perlahan naik, menjanjikan hari yang cerah. Di sebuah titik kumpul yang telah disepakati, dekat gerbang kota, deru mesin-mesin Honda Verza mulai memenuhi atmosfer. Kami, rombongan touring yang berjumlah belasan motor, sudah tak sabar mengaspal. Ada saya dengan Verza kesayangan, Benu dengan semangat menggebu, Sehol yang selalu siap dengan kamera di leher, Agus Budi dengan senyum khasnya, Norman yang teliti mengecek setiap detail motor, Adi Bagus yang bersemangat memimpin barisan, Arwin yang tenang membonceng tas besar di belakang, dan masih banyak lagi wajah-wajah familiar dari komunitas Verza Surabaya yang antusias. Tujuan kami hari ini adalah sebuah destinasi yang tenang dan meneduhkan: Pantai Cemara Tuban.

Pukul 07.30 WIB, setelah mengecek perlengkapan dan berdoa bersama untuk keselamatan, bendera start dikibarkan oleh ketua rombongan. rombongan kami mulai bergerak rapi, membelah jalanan Surabaya yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. Dari Surabaya, kami langsung tancap gas menuju arah barat, menembus kepadatan dan hiruk pikuk kota Gresik. Kilang-kilang industri yang menjulang tinggi menjadi pemandangan khas yang menemani kami di awal perjalanan. Meski lalu lintas cukup padat, kami berhasil menjaga formasi dengan disiplin, saling memberi isyarat dan menjaga jarak aman. Obrolan ringan dan candaan antar teman melalui intercom atau lambaian tangan membuat perjalanan terasa hangat dan penuh kebersamaan.

Setelah melewati Gresik yang industrial, kami mulai memasuki wilayah Lamongan. Pemandangan berubah drastis menjadi hamparan sawah hijau membentang luas di kedua sisi jalan, sejauh mata memandang. Udara terasa jauh lebih segar, dan langit biru cerah seolah menjadi atap alami bagi perjalanan kami. Kami sedikit menambah kecepatan di sini, menikmati kebebasan berkendara di jalur lurus yang relatif sepi. Beberapa kali kami melewati desa-desa kecil yang asri, di mana anak-anak kecil melambaikan tangan dengan riang dari teras rumah mereka, dan kami membalasnya dengan klakson persahabatan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, perut mulai keroncongan dan tangki bensin beberapa motor sudah menunjukkan lampu peringatan. Ketua rombongan memutuskan untuk beristirahat dan mengisi bahan bakar di sebuah rest area SPBU yang cukup besar di Lamongan, tidak jauh dari perbatasan Tuban. Aroma kopi dan gorengan langsung menyambut kami begitu turun dari motor, seolah memanggil untuk dinikmati.

"Akhirnya bisa ngopi juga, Bro!" seru Norman sambil melepas helmnya, wajahnya terlihat lega.

Benu langsung mencari spot yang teduh untuk selonjoran, sementara Sehol sudah sibuk mengeluarkan kamera andalannya, mengabadikan momen kebersamaan ini dengan berbagai angle.

Agus Budi sibuk mengisi bahan bakar, sementara Adi Bagus dan Arwin membeli beberapa camilan dan minuman dingin. Kami semua berkumpul di area tempat duduk, berbagi cerita perjalanan, dan tentu saja, saling meledek dengan tawa renyah. Beberapa dari kami bahkan sempat melakukan peregangan ringan dan bercanda tentang siapa yang paling banyak makan di rest area ini. Momen di SPBU ini selalu menjadi bagian favorit dalam touring, tempat kami rehat, mengisi ulang energi, dan mempererat tali persaudaraan yang tak ternilai.

Setelah sekitar tiga puluh menit beristirahat, memastikan semua motor telah diisi dan semua anggota rombongan kembali bugar, kami kembali siap melanjutkan perjalanan. Mesin-mesin Verza dihidupkan kembali, raungannya berpadu membentuk simfoni khas touring. Rombongan kembali mengambil posisi, dan dengan isyarat dari road captain, kami kembali mengaspal, menembus perbatasan dan akhirnya memasuki wilayah Tuban.

Memasuki Tuban, atmosfer perjalanan terasa berbeda. Kami mulai merasakan hembusan angin laut yang lebih kuat, membawa aroma asin dan segar. Jalanan di Tuban terasa lebih tenang, namun beberapa truk besar sesekali melintas, mengingatkan kami pada perannya sebagai jalur logistik penting di pesisir utara Jawa. Semakin ke arah pantai, pemandangan mulai didominasi oleh jejeran pohon bakau di satu sisi dan perkampungan nelayan di sisi lainnya.

Sekitar pukul 12.30 WIB, setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan menembus jalanan pesisir yang semakin rimbun, kami tiba di tujuan akhir kami. Sebuah papan nama sederhana yang bertuliskan "Pantai Cemara Tuban" menyambut kami. Kami berbelok masuk ke area parkir yang cukup luas, yang sudah ramai dengan pengunjung lain.



Begitu turun dari motor dan melepas helm, kami langsung disambut oleh pemandangan yang menakjubkan. Sesuai namanya, Pantai Cemara Tuban didominasi oleh ribuan pohon cemara yang tumbuh rapat dan menjulang tinggi di sepanjang bibir pantai. Barisan cemara ini menciptakan kanopi hijau yang teduh, menyaring terik matahari dan menghasilkan semilir angin yang menyejukkan. Suara debur ombak yang relatif tenang memecah pantai berpasir putih kecoklatan, menciptakan melodi yang menenangkan.

"yo ngene, mantai broo" seru Sehol, sudah dengan kameranya yang siap membidik. Ia mulai berkeliling, mencari sudut terbaik untuk mengabadikan keindahan barisan cemara dan laut biru jernih.

"kandani og, syahdu!" tambah Agus Budi, tersenyum puas.

Kami semua menyebar, ada yang langsung berlari ke bibir pantai untuk merasakan air, ada yang mencari spot teduh di bawah pohon cemara untuk bersantai, dan beberapa dari kami bahkan melihat pengunjung lain yang sedang asyik bermain layangan di sepanjang pantai.


0 comments :

Posting Komentar